Rabu, 28 April 2010

Penyelamatan lingkungan yang penuh kontradiksi


Permasalahan lingkungan telah menjadi permasalahan global yang telah berpengaruh pada kehidupan di muka bumi ini. Efek Rumah Kaca atau yang dikenal dengan Global Warming telah mengajak sebagaian pihak untuk mengambil bagian dalam aksi penyelamatan lingkungan. Berbagai upaya dilakukan, seperti penanaman pohon pada lahan kritis, proses daur ulang sampah, hingga kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan penyelamatan lingkungan.

Peningkatan Global Warming antara lain disebabkan terjadi pembakaran bahan baker fosil serta perubahan tata fungsi hutan. Adanya Efek Rumah Kaca akan mengakibatkan radiasi matahari yang masuk ke bumi tidak akan keluar dari atmosfer, panasnya akan menetap di dalam atmosfer. Lapisan ozon yang berupa atmosfer ataupun stratosfer dan yang lainnya yang berfungsi dalam mengurangi radiasi matahari ke bumi. Semakin tipis lapisan ozon, radiasi matahari yang masuk ke bumi semakin mudah karena kurangnya penghambat. Hal ini akan menyebabkan bumi semakin panas dan dapat juga berakibat pada mencairnya es di daerah kutub.

Pada tahun 1960an, Rachel Carson dengan bukunya “Silent Spring” menarik berbagai pihak untuk lebih memperhatikan permasalahan lingkungan. Sejak saat tersebut, program-program penyelamatan lingkungan semakin sering dilakukan baik oleh PBB, Pemerintah, ataupun Stakeholder yang terkait.

Aksi penyelamatan lingkungan harusnya dimulai dari diri masing-masing terlebih dahulu yang memiliki kaitan dengan slogan “Thing globally, act locally” (Berpikir secara global dan bertindak secara lokal. Permasalahan lingkungan telah menjadi masalah global dan apabila terjadi kerusakan lapisan ozon, maka dampaknya akan berakibat pada seluruh Negara. Bertindak secara lokal memiliki makna untuk melakukan aksi penyelamatan lingkungan dimulai dari diri kita sendiri dulu, lalu keluarga kita, lingkungan sekitar, kemudian semakin meluas.

Bentuk aksi lingkungan dari diri kita sendiri antara lain dengan membuang sampah pada tempatnya, berbelanja dengan membawa tas belanjaan, serta dengan penghematan pemakaiaan listrik ataupun kendaraan yang bahannya merupakan bahan bakar fosil. Penanaman pohon ataupun tumbuhan-tumbuhan di sekitar rumah akan menyebabkan rumah menjadi lebih sejuk serta bermanfaat juga dalam mengurangi emisi di udara. Tidak membakar sampah, khususnya sampah plastik karena plastik pada saat dibakar akan mengeluarkan gas yang berpengaruh dalam peningkatan emisi di udara.

Semakin meluas, aksi lingkungan juga dilakukan oleh pemerintah ataupun perusahaan-perusahaan swasta yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Pembangunan apartemen-apartemen mewah yang berkembang di wilayah DKI Jakarta akan berpengaruh terhadap meningkatnya pendapatan daerah serta pengurangan jumlah pengangguran. Namun, pembangunan ini justru menghabiskan lahan di daerah Jakarta yang sebenarnya dapat digunakan sebagai Ruang Terbuka Hijau (TRH) ataupun pembangunan Hutan Kota. Begitupun juga pembangunan apartemen bersubsidi yang justru tidak berpihak dengan rakyat berekonomi lemah. Sebagian besar masyarakat Jakarta adalah berekonomi menengah kebawah. Nilai jual apartemen bersubsidi sulit untuk sebagian besar masyrakat mendapatkannya.

Perlu ada perencanaan yang lebih matang dalam setiap pembangunan, agar kiranya tidak terjadi kerusakan lingkungan. Orang yang kaya dapat mencari tempat yang lebih aman dengan mudah saat terjadi bencana ataupun kerusakan lingkungan. Namun, orang yang memiliki kekurangan materi justru yang harus kuat dan tabah saat bencana terjadi dan hal ini akan menjadi tanggungan pemerintah yang cukup berat. Oleh karena itu, penyelamatan lingkungan harus dimulai hari ini dengan pembangunan berlandaskan ekologi untuk menyelamatkan lapisan ozon yang semakin tipis.



*Gunawan S.hut. Alumnus Kehutanan IPB.


0 komentar:

Greenpeace Indonesia

Greenpeace News

Mapala UI

 

teguh cole Blak Magik is Designed by productive dreams for smashing magazine Bloggerized by Ipiet © 2009